Selasa, 07 Oktober 2014

Mempersiapkan Diri Memasuki Perguruan Tinggi





Persiapan Masuk Perguruan Tinggi
Pernahkan mendengar hal-hal ini ?:

Belum tahu mau kuliah dimana?
Masih bingung..meskipun sekarang sudah di tahun terakhir kelas 3 SMA
Anakku sudah kelas 3 SMA, tapi  masih belum jelas maunya kuliah dimana, kalau ditanya malah marah…
Anakku sudah diterima di Universitas A di kota B, sudah bayar juga, tapi masih bingung juga, pingin mendaftar ke Universitas C di kota D
Aku sudah membayar sekian juta rupiah karena anakku diterima di univerisitas X, tapi ini harus bayar lagi sekian juta di universitas Y…

Saya kadang mendengar hal-hal tersebut, menyangkut kebingungan anak memilih, dan ketidak tahuan orang tua bagaimana membantu anak agar bisa lebih mudah dalam mempersiapkan diri menghadapi tahun-tahun terakhir di bangku SMA untuk mulai memasuki perguruan tinggi. Dan juga kebingungan orang tua dan anak untuk membuat strategi mendaftar ke mana saja, dan mana yang perlu didahulukan, karena tidak memiliki satu gambaran yang ingin dicapai dengan jelas, dan tiadanya rancangan yang dibangun sejak lebih dini.

Berangkat dari keinginan untuk menemani anak  kami untuk memasuki jenjang perguruan tinggi, kami belajar bagaimana untuk bisa membantu dengan baik. Dari pengalaman yang pernah kami lakukan bersama anak kami, kami bagi secara ringkas kegiatan mempersiapkan diri memasuki perguruantinggi menjadi lima langkah besar:

  1. Mengindentifikasi dan mengakses keinginan dan peluang
  2. Membuat Pilihan
  3. Merancang Strategi
  4. Melaksanakan Rancangan
  5. Kuliah

Lima langkah ini adalah kerangka berfikir yang terstruktur, agar berbagai aspek dan pertimbangan dengan tepat dilakukan pada saat yang tepat. Kerangka ini bersifat “mekanis”, yang memerlukan pendekatan-pendekatan yang tepat agar kerangka ini dapat sepenuhnya diisi dengan informasi-informasi, pemikiran dan keinginan anak yang secara tuntas bisa tersampaikan dengan baik. Untuk bisa menggali apa yang ada di dalam hati dan pikiran anak, memerlukan orang tua yang bisa berbicara dan mendekati anak dengan tepat. Sekali lagi, metoda ini benar-benar sangat memerlukan seseorang yang mampu berbicara secara nyaman dan enak dengan anak, agar bisa benar-benar membuat anak bersedia berfikir dan berbicara mengenai keinginannya.

Cara yang ini hanya merupakan salah satu contoh cara bagaimana orang tua bisa membantu anak untuk melalui tahap yang kritikal dalam menentukan jurusan dan perguruan tinggi mana yang ingin dimasukinya. Dan cara ini bukan sebuah “peluru perak” yang akan manjur dipakai untuk digunakan setiap anak dan di setiap kondisi. Masing-masing anak memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Ada yang sangat mandiri dan bisa dengan sendirinya menentukan pilihan dengan tepat, ada yang benar-benar perlu dibantu, ada yang cuek-cuek saja, berprinsip biarlah seperti air yang mengalir. Ini hanya satu pilihan, namun bagi orang tua akan lebih sedap dan nikmat ketika bisa ikut serta menemani anak dalam proses perjuangannya.

Ayo kita mulai melihat langkah demi langkah …
1. Mengidentifikasi dan mengakses keinginan dan peluang.
2. Membuat Pilihan
3. Merancang Strategi

<BERSAMBUNG>



Pengalaman Mempersiapkan Anak Memasuki Perguruan Tinggi


Dokter Cilik
Perjalanan dua anak kami saat meneruskan pendidikan setelah lulus SMA memiliki lika-liku yang menarik saat kami putar balik kisahnya.
Anak kami yang pertama, sejak lulus SMP sudah memutuskan untuk hidup sendiri, melanjutkan sekolah di Yogyakarta, dan tinggal di asrama pelajar putri. Saat hari-hari mendekati kelulusan SMAnya, setelah melalui proses analisis bersama,  segera  memiliki tekat yang bulat dan jelas,  ingin melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di kota Yogyakarta. Pilihannya di KU UGM atau di Seni Musik ISI.

Dengan kebulatan tekatnya, anak pertama kami mengikuti semua kemungkinan “pintu ‘masuk yang disediakan, mulai dari PBUPD, PBS, UTUL UM UGM, bahkan ikut serta juga program masuk ke UNS sebagai cadangan. Dan semuanya diikutinya sendiri di Yogyakarta, sementara kami berdua sebagai ayah dan ibunya berdoa di Pekanbaru.
Empat kali usahanya gagal. Alias tidak diterima. Namun kami bersyukur anak kami tetap semangat. Meskipun kami sudah memiliki skenario yang cukup detail untuknya, namun kegagalan-kegagalan tersebut meresahkan juga. Dan usaha yang kelima yang akan dilakukannya adalah mengikuti test di KU International UGM.

Kami berdua memutuskan untuk ikut menunggui anak kami mengikuti ujian di Yogyakarta. Kami berangkat dari Pekanbaru, naik kereta api dari Jakarta ke Yogya, tinggal di hotel bersama anak kami. Saat hari ujian kami mengantar dan menungguinya ujian. Sangat unik kalau di gothak-gathuk. Nomor ujian anak kami 567. Sampai kami sempat bercanda, setelah empat kali gagal, ini nomor ujiannya urut dan menunjukkan tanda-tanda kelancaran.
Saat hari H ujian, diminta memakai rok, dan anak kami memilih meminjam rok milik suster asrama untuk dipakai mengikuti ujian. Dan setelah ujian ketika kami tanya apakah bisa mengerjakan soal ujian, katanya bisa…lebih bagus dibanding test-test sebelumnya. Puji Tuhan, saat pengumuman, anak kami diterima.

Belajar dari situasi yang sangat mendebarkan dari pengalaman anak pertama ini, untuk anak ke dua,  kami mempersiapkannya lebih baik. Kami merasa bahwa persiapan anak pertama kami untuk masuk ke Perguruan Tinggi relatif kurang intensive, dan kebetulan anak kami yang pertama ini bersekolah di SMA, yang menurut kami lebih mengutamakan hari-harinya di kelas 3 SMA lebih banyak  belajar untuk “hidup”, dibanding dengan belajar untuk mempersiapkan diri memasuki Perguruan Tinggi dengan pola testnya.

Meskipun sudah di kelas 3 SMA, dimana sebagian besar anak-anak lain mempersiapkan diri dengan mengerjakan soal-soal masuk ke Perguruan Tinggi, anak kami pertama waktu itu masih banyak melakukan kegiatan non akademis, seperti tinggal di desa bersama satu keluarga petani, hidup bersama tukang andong dan beberapa kegiatan lain.
Menurut saya ini adalah salah satu pilihan. Dan hasil positif yang kami rasakan dari  anak pertama kami, dengan pola pendidikan seperti itu memiliki daya juang yang sangat tinggi, dan lebih siap untuk mengarungi tantangan-tantangan hidup.

Berbeda dengan anak kami yang pertama yang sudah bersekolah SMA di Yogya, anak kami yang kedua tetap menempuh SMA di Pekanbaru dan hidup bersama kami. Sejak kelas 1 SMA sampai pertengahan kelas 2 SMA, sangat senang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler marching band. Memang marching band benar-benar suatu kegiatan positif yang sangat berguna bagi anak, namun sangat banyak menggunakan waktunya.

Di bulan Desember 2010, saat di pertengahan kelas 2 SMA,  seusai anak kami mengikuti kompetisi nasional marching band, GPMB (Grand Prix Marching Band), kami berunding dengan sangat mendalam,  untuk membicarakan pola belajar ke depan. Pilihan yang kami sepakati bersama,  anak kami meninggalkan kegiatan marching band yang sedang disenanginya, dan akan lebih intensive belajar mempersiapkan diri menghadapi perjuangan masuk ke perguruaan tinggi.  Satu keputusan penting telah diambil.

Bersama beberapa teman yang se “aliran”, yang menginginkan agar anak-anak kami bisa mempersiapkan diri dengan baik dalam pertempuran memasuki PT, kami menghubungi Bimbingan Belajar BTA di Pekanbaru, ngobrol-ngobrol menyampaikan keinginan kami untuk suatu program khusus bagi anak-anak kami dengan pola belajar sesuai  dengan yang kami inginkan. Kami ingin agar anak-anak menerima pelajaran menyeluruh seperti pelajaran di sekolah sesuai kurikulum, namun dengan kecepatan yang lebih kencang, lebih dini progressnya dibanding pelajaran di sekolah. Ditargetkan dalam waktu 10 bulan, di bulan Oktober 2011 seluruh materi pelajaran kelas 2 dan kelas 3 SMA sudah diselesaikan di BTA, dan anak-anak akan melakukan persiapan khusus mengerjakan soal-soal UN dan masuk PT mulai akhir semester 5 (pertengahan kelas 3 SMA).

Bersama Meraih Mimpi
Dan kami sangat beruntung, pihak Bimbingan Belajar BTA Pekanbaru menerima ide kami ini, dan bersedia membuat program khusus ini. Dan satu lagi kesepakatan kami, usahakan anak-anak tetap bisa enjoy, bisa tetap menikmati masa SMAnya dengan menyenangkan. Puji Tuhan, BTA bisa menjalankan misi tersebut dengan sangat baik. Menjalankan kelas yang super intensive, bahkan saat liburan sekolah anak-anak terus digenjot pagi sampai malam, agar bisa lebih cepat menyelesaikan pelajarannya. Selalu lebih di depan dibanding progress  pengajaran di sekolah.
Dan surprise, anak-anak sangat menikmati hal itu. Kekhawatiran anak-anak akan jenuh tidak terjadi. Bahkan saat liburan tiba, anak kami memilih untuk tetap terus belajar bersama BTA, dan meminta kami kedua orang tuanya berlibur sendiri. Kadang di hari-hari di luar jadwal belajarnya di BTA, anak kami suka rela datang ke BTA untuk belajar. Dasyat!
Kami juga melihat dalam kesehariannya, meskipun lebih banyak waktu digunakan untuk belajar di BTA, anak kami masih tetap memiliki waktu untuk kegiatan santai dan extra kurikuler termasuk memimpin teman-temannya membuat drama sekolah di acara pentas seni akhir tahun.


Target awal kami, adalah agar anak-anak kami bisa menyelesaikan pelajaran SMAnya dengan cepat, dan di bulan-bulan terakhir bisa fokus mengerjakan soal-soal untuk ujian tulis masuk perguruan tinggi. Namun ternyata ada hasil-hasil antara yang sangat mengejutkan kami bahkan menjadi suatu anugerah yang luar biasa dari Tuhan. Karena anak kami belajar materi-materi pelajaran lebih awal dan lebih cepat di BTA, sehingga saat belajar materi-materi kurikulum di sekolahnyanya bisa menangkap pelajaran dengan lebih cepat dan lebih mudah, dan ujian-ujian harian, mingguan, bulanan maupun ujian semesterannya menjadi lebih bagus hasilnya. Nilai-nilainya  di sekolah melonjak tajam!

Saat jalur SNMPTN undangan dibuka, dan pihak sekolah diminta memasukkan nilai-nilai seluruh siswa ke sistem SNMPTN undangan. Puji Tuhan, dengan pola belajar khusus tersebut, dengan nilai-nilai di sekolah yang semakin baik, anak kami berada di ranking  atas dari  siswa-siswa jurusan IPA di  sekolah dalam sistem SNMPTN Undangan. Dan ini menjadi modal yang luar biasa besar untuk mengikuti program SNMPTN Undangan.

Anak kami ingin kuliah sama dengan kakaknya di Kedokteran Umum UGM Yogyakarta, dan di jalur SNMPTN Undangan anak kami memilih satu saja pilihan I di KU UGM, tanpa mencantumkan pilihan ke dua. Dan kami merasa sangat beruntung ketika pengumuman SNMPTN Undangan, anak kami diterima di pilihannya. Dan prestasi bagus itu tidak hanya di capai oleh anak kami, tapi oleh  hampir semua anak-anak yang ikut dalam program khusus BTA ini. Sebagian besar dari peserta kelas khusus ini diterima lewat jalur SNMPTN Undangan dan jalur lain di PTN. Puji Tuhan.

Perjalanan yang sangat berbeda antara dua orang anak kami tersebut, namun ada kesamaannya bahwa kekuatan niat, ketekunan berjuang dan terus menerus berdoa merupakan modal yang sangat besar dan diperlukan. Dan satu lagi yang tidak kalah penting adalah keikutsertaan orang tua untuk benar-benar ikut terlibat dalam persiapan, berjuang bersama anak. Keikutsertaan orang tua merupakan suatu keharusan. Kalau bukan kita yang melakukan, orang lain akan mengambil alih, dan belum tentu seperti yang kita harapkan. Terima kasih Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar